Review Film: The First Slam Dunk [2023]
Sebelum nonton Suzume no Tojimari, sebetulnya ada satu film anime yang sudah aku tonton duluan yaitu The First Slam Dunk. Nonton Slam Dunk ini didukung oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena tim di tempat aku bekerja saat ini memang suka film Shonen semua. Shonen merupakan istilah untuk merujuk pada medium manga yang marketnya mencakup laki-laki muda. Genre shonen ini merupakan salah satu genre paling populer di pop culture Jepang, banyak judul manga yang kemudian diadaptasi ke anime dari masa ke masa. Slam Dunk merupakan salah satu judul shonen popular di masanya dulu dan tahun ini mediumnya dirilis di layar lebar.
The First Slam Dunk mengambil perspektif karakter yang tidak memiliki backstory di manga aslinya, Ryota Miyagi. Ryota ini merupakan pemain point guard tim Shohoku. Dalam The First Slam Dunk, dikuliklah asal muasal passion Ryota untuk menjadi pemain basket. Rupanya Ryota sebelumnya memiliki kakak laki-laki bernama Souta. Dan Souta inilah yang mengenalkan Ryota ke dunia basket hingga Ryota dapat menjadi salah satu pemain inti tim SMA Shohoku saat ini.
Sebetulnya sedikit klise sih, motivasi Ryota menjadi pemain basket tentu saja didorong oleh kejadian traumatis di masa kecilnya. Dan kejadian itu adalah meninggalnya Souta. Konon Souta sendiri merupakan salah satu pemain basket level SMP yang cukup valuable di masanya.
Terlepas dari kesedihan dan duka sepeninggal Souta, Ryota masih gigih menekuni olahraga basket. Tidak jarang juga dia dibanding-bandingkan dengan mendiang kakaknya. Tapi hal-hal tersebut tidak menghentikan kegemaran Ryota untuk terus menekuni apa yang dia cintai, basket. Premis semacam ini sudah sering sekali ditemui di kisah-kisah anime olahraga atau drama lainnya. Dan yah begitulah, kurang lebih inti dari The First Slam Dunk adalah latar belakang cerita Ryota yang memang tidak terlalu dijelaskan di komiknya.
Selain latar belakang cerita Ryota, pertandingan basket utama di The First Slam Dunk adalah pertandingan inter-high Shohoku melawan Sannoh. Sebetulnya pertandingan ini adalah salah satu dari sekian banyak pertandingan yang disajikan di medium komik. Kenapa melawan Sannoh? Mungkin karena Sannoh saat ini adalah pemegang titel tim basket SMA terbaik se-Jepang. Pun dalam pertandingan ini ada flashback-flashback antara Ryota dengan pemain lainnya yang dapat mendukung jalannya cerita.
Salah satunya adalah pertemuan awal Ryota yang waktu itu masih duduk di kelas 1 SMA Shohoku dengan Hisashi Mitsui shooting guard Shohoku. Pertemuan keduanya bukanlah pertemuan yang manis tapi cukup memperkuat kisah latar belakang dalam perspektif Ryota. Mitsui ini sendiri merupakan salah satu pemain kunci juga di tim basket SMA Shohoku yang mana spesialisasinya adalah 3 point shooter. Dengan keahliannya melempar bola untuk mendapatkan 3 poin penuh, Mitsui menjadi kunci untuk mengejar ketertinggalan skor dari tim lawan.
Sebagai penyeimbang dari perspektif Ryota yang hampir mendominasi keseluruhan film dengan durasi dua jam ini, dikisahkan juga sedikit latar belakang cerita masing-masing anggota tim serta kelebihan dan kekurangan mereka. Khususnya karakter utama dalam Slam Dunk, Hanamichi Sakuragi dan Kaede Rukawa. Ada juga sedikit latar belakang cerita dari tim lawan yaitu Eiji Sawakita yang saat ini memegang titel pemain terbaik dengan skill all-rounder di level tim basket SMA se-Jepang.
Yang aku suka dari film The First Slam Dunk ini tentunya adalah visualnya. Memang ngga seindah visual yang disajikan Makoto Shinkai, tapi art style dan visualnya tipe aku banget. Coloringnya menggunakan teknik watercolor, sequence scene pertandingan basketnya pun disajikan secara mewah. Ada satu scene yang benar-benar dibuat nyata dan deg-degannya berasa dramatis hingga membuatku menahan napas. Dan itu adalah salah satu scene terbaik dalam film ini. Pada dasarnya film ini dapat menyajikan panasnya pertandingan basket padahal bentuknya cuma animasi. Dramatisnya kena banget, visualnya oke banget, sound-nya juga keren banget!
Terakhir yang kusuka dari The First Slam Dunk adalah cara Ryota yang akhirnya berdamai dengan kepergian sang kakak dan berdamai juga dengan sang Ibu. Menurutku berdamai dengan diri sendiri dan luka masa lalu merupakan aspek penting yang diangkat dalam film ini. Intinya, dengan kondisi dunia seperti saat ini memang penting bagi kita untuk mencoba mencari tahu akar permasalahan masalah kita lalu mulai berdamai dengannya dan melanjutkan hidup dengan lebih baik.
Comments
Post a Comment
Thank you for visiting my blog, kindly leave your comment below :)
In a moment, I can't reply your comments due to error in my account when replying. But I make sure that I read every single comment you leave here :)