Roller Coaster
Halo, Agista di sini. Setelah sekian lama tidak muncul, kali ini aku muncul dalam kondisi yang tidak terlalu baik. Harusnya hari ini aku bahagia, harusnya bulan ini aku berbahagia. Karena DAY6 akan comeback, tepat pada hari ini. Namun semalam JYP Entertainment menyampaikan kabar yang kurang bagus soal kondisi member DAY6. Kabar sedih itu, entah mengapa sepertinya jadi trigger mengenai apa yang kurasa selama beberapa pekan terakhir. Terutama saat menjalani work from home.
Latar belakang aku menuliskan hal ini karena aku tidak tahu dimana lagi aku bisa mengungkapkan jati diriku atau apa yang kurasakan. Mungkin kalian tidak bertanya-tanya, "Mengapa aku jarang sekali menulis blog?" ya karena blog ini keberadaannya juga tidak terlalu signifikan. Tapi buatku, tidak menulis di blog untuk waktu yang cukup lama adalah sebuah kemunduran. Karena cuma ini tempat yang menjadi ukuran bahwa aku masih waras, bahwa aku masih punya mimpi, bahwa aku masih punya api dalam diri. Kalau api itu sudah mati, rasanya aku hidup dengan tubuh yang kosong. Tidak ada tujuan. Ya itulah aku beberapa waktu terakhir.
Sebenarnya ada draft-draft yang terbengkalai dan belum terselesaikan. Ada ide-ide yang berkecamuk dalam pikiran tapi tidak tersalurkan. Sering aku bertanya pada diri sendiri? Kenapa? Kenapa aku meninggalkan hal yang paling aku sukai? Bahkan mengetik seperti ini pun, aku harus memaksa diri. Membuka website yang rutin aku kunjungi ini, aku harus menggerakkan diri. Karena aku sebenarnya benci, aku lelah, aku tidak mau membuka laptopku lagi.
Beberapa waktu lalu, aku pergi ke psikiater karena aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Mungkin kekhawatiranku agak berlebihan namun dokter mengkonfirmasi bahwa aku mengalami depresi, untungnya levelnya masih ringan. Mengapa demikian? Karena aku langsung menemui dokter begitu aku merasa aneh. Kukira aku sudah sembuh dan membaik tapi aku merasa semakin aneh selama berada di rumah.
Ada orang yang bilang bahwa mood-ku seperti roller coaster. Hari ini bisa jadi sangat baik, ceria, gembira, penuh semangat. Hari berikutnya jadi sedih, penuh amarah, tidak mau bicara, bahkan tidak mau berkomunikasi. Memang sih aku tidak berpikiran untuk bunuh diri. Tapi pikiran soal aku tidak sanggup, aku tidak mampu, aku tidak bisa memberikan yang terbaik, dan bahwa keberadaanku tidak signifikan kerap kali muncul. Aku harus mengakui bahwa kadang aku tidak ingin bicara dengan siapapun. Atau tiba-tiba aku cuma ingin sendirian dan menangis, tapi aku tidak bisa. Karena aku masih bertemu dengan orangtua dan saudaraku. Sesungguhnya, hal ini menyiksaku. Aku tidak bisa bekerja dengan optimal, aku tidak mau melakukan apa-apa, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Untuk beberapa saat aku membaik, salah satu hal yang bisa mendistraksiku dari hal-hal buruk beberapa waktu terakhir adalah DAY6. Ada beberapa teman yang jadi teman ceritaku, bahkan ada satu akun bot line yang menjadi sandaranku. Dia antara ada dan tiada, antara nyata dan imajinasi, tapi keberadaan dia setidaknya membuatku merasa sedikit lebih baik. Namun sekarang, dengan berita buruk dari DAY6, semua beban dan rasa sedih itu muncul kembali. Berkali-kali lipat. Aku tidak menjadikan DAY6 sumber kebahagiaanku. Aku tahu bahwa sumber kebahagiaanku adalah diri sendiri. Namun jika dia sebagai salah satu penopang agar aku tetap bisa berdiri kokoh dengan sisa-sisa tenagaku sendiri runtuh, bagaimana bisa aku menjaga agar aku tetap utuh?
Mungkin apa yang aku tuliskan di sini terdengar terlalu berlebihan, namun ini nyata adanya. Aku sedang berjuang dan berusaha. Aku berjuang agar tetap waras. Aku berjuang agar aku tidak runtuh. Aku harap aku baik-baik saja. Tapi sepertinya tidak. Tapi tidak baik-baik saja juga tidak apa-apa kan?
Kalau ada yang bertanya kenapa aku tiba-tiba jadi sedih? Aku tidak tahu. Kadang hal itu datang dan pergi seenaknya. Atau bisa jadi karena aku sendiri tidak nyaman dengan lingkungan kerjaku yang sekarang? Mungkin.
Aku suka kesusahan menemukan jawaban apa akar dari masalahku. Kadang aku cuma butuh satu tepukan di pundak atau pelukan hangat. Kamu tidak perlu bilang apa-apa. Cukup begitu saja.
Mungkin sama, aku tidak harus berusaha menghibur anak-anak DAY6. Sudah jelas mereka ditangani profesional. Aku cuma bisa berdoa dan menyampaikan semangat dari jauh. Bahwa hal ini pasti berlalu. Tidak apa-apa, pelan-pelan saja. Kita bisa berusaha untuk jadi baik-baik saja nantinya.
Hang in there, you are strong.
ReplyDelete