Ospek : Antara Edukasi dan Perploncoan
Hari ketiga PKPT (Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi), Hari Terakhir pula. PKPT kali ini adalah kali kedua bagi Saya. Pertama, ketika masuk PKBI-UM Diploma 1 dan sekarang Saya sudah menempuh Tugas Akhir dan yang kedua masuk Universitas Negeri Malang, FE-Akuntansi. Untuk keempat kalinya dalam sejarah hidup Saya, Saya diplonco oleh senior. Dan untuk kesekian kalinya menjadi junior.
Ospek, kegiatan yang dilakukan di setiap kampus untuk membuat proses adaptasi Mahasiswa Baru menjadi lebih cepat. Ospek, sudah menjadi tradisi di negara ini setelah berpuluh-puluh tahun. Ospek, momok bagi Mahasiswa baru setelah merasa cukup gembira bahwa mengetahui mereka telah diterima di Universitas ternama. Ospek, barangkali menjadi alat balas dendam senior dengan bungkusan "Pembentukan Karakter dari Siswa ke Mahasiswa".
Ospek yang Saya alami tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Satu, memang kami disuruh membuat tas yang menurut Saya sendiri cukup memberatkan di ongkos, disuruh membuat 111 lembar kartu nama, plus ini dan itu, terus terang cukup berat di ongkos. Memang hitungannya tidak seberapa, namun kalau ditelaah apa gunanya? Tas, tentu tidak perlu menggunakan tas buatan sendiri kan? Atau mungkin si panitia hanya ingin membuat Mahasiswa Baru melakukan pemanasan. Kartu nama? Oke, Saya pikir bisa diterima dengan alasan membuat kita lebih supel terhadap teman seangkatan dengan saling bertukar kartu nama, tapi seharusnya jumlahnya tidak ditentukan sebanyak itu juga.
Kedua, tugasnya menurut Saya sudah cukup relevan dengan Jurusan yang Saya pilih, Akuntansi. Sayangnya, tingkat kesulitan serta tingkat DIHARGAINYA sebuah tugas masih belum signifikan. Bagi beberapa orang Mahasiswa yang sungguh-sungguh mengerjakan, apabila sebuah tugas hanya menjadi syarat tanpa reward hal itu akan menjadi sia-sia dan membuat mereka menyesal telah membuang waktu untuk mengerjakan tugas yang hanya dilihat sekilas tanpa ada reward tertentu.
Ketiga, Panitia kurang tegas semestinya. Memang ini bulan Puasa, tetapi menurut Saya Panitia PKPT tahun ini masih kurang tegas daripada Panitia MOS SMK Saya dulu, Panitia Ospek PKBI Saya dulu, jadi sejujurnya Saya kurang respek. Karena selain kurangnya ketagasan, hal itu sendiri membuat mereka kurang dihormati Maba. Tapi untungnya, mereka berhasil mencoba mendisiplinkan Maba tanpa kekerasan dan penganiayaan.
Ospek, pada hakikatnya adalah pembentukan karakter dan pengenalan lingkungan Perguruan Tinggi. Sayangnya, di beberapa instansi masih ditemui penyalahgunaan wewenang Ospek. Beberapa senior melakukan perploncoan, dengan dalih 'ITU UNTUK KEBAIKAN ADEK-ADEK SENDIRI', 'TUGAS KULIAH LEBIH BERAT DARIPADA INI', 'KULIAH TIDAK SANTAI SEPERTI YANG KALIAN BAYANGKAN'. Faktanya, kuliah itu santai kok asal kita siap dengan tugas dan ujian yang diberikan. Mendisiplinkan? Mendisiplinkan seseorang tak harus dengan kekerasan, tapi KETEGASAN. Militer mendidik prajurit mereka tidak dengan kekerasan. Dan lagi, sebelumm mendisiplinkan orang lain, disiplinkan diri Anda terlebih dahulu.
Di beberapa instansi juga ditemui tugas-tugas yang tidak relevan dengan tujuan Ospek itu sendiri. Disuruh membawa kue ini, minuman itu, karung ini, karet itu, dan sebagainya. Alangkah lebih baik apabila pengenaan peraturan pembuatan hal-hal yang aneh dihapus. Sekali lagi mereka berdalih, 'TANPA PERPLONCOAN,OSPEK TIDAK SERU!' Nah! yang ini kentara sekali aura balas dendamnya. Padahal tujuan Ospek adalah mencerdaskan, membentuk karakter, bukan memberatkan dan membuat mahasiswa kelelahan.
Nice Gee, Perjuangkan ya :D :c:
ReplyDelete