Hunter X Hunter as a Cultural Reset
Saat pulang ke rumah kemarin, aku menonton ulang (dan marathon) anime lama yang sejak SD hingga saat ini tetap jadi favoritku, Hunter X Hunter. Nggak tahu kenapa, meski udah nonton berkali-kali anime ini tuh masih saja membuatku terkesan dan nggak pernah bikin aku bosan. Mungkin karena aku sudah hapal dengan karakternya? Atau mungkin karena aku sudah sangat hapal dengan ceritanya? Nggak tahu kenapa. Yang jelas, sejak Hunter X Hunter anime versi 1999 tayang di TV7 hingga dibuat ulang pada tahun 2011 lalu aku tetap suka menonton anime yang diangkat dari manga berjudul sama karya Yoshihiro Togashi ini.
Saking membekasnya di hidupku, mungkin aku bisa menyebut Hunter X Hunter sebagai cultural reset. Berbeda dengan anime lainnya yang aku tonton waktu SD, Hunter X Hunter ini memberikan cerita yang sebenarnya nggak terlalu jauh berbeda dari manga dan karakternya memiliki latar belakang yang jauh lebih mengesankan. Contohnya Gon Freecs sebagai karakter utama yang bercita-cita jadi Hunter untuk bisa bertemu sang ayah, Ging Freecs. Kalau dipikir-pikir, bapak Gon ini betul-betul tidak bertanggung jawab pada anaknya karena sejak lahir Gon ditinggal begitu saja. Gon dibesarkan oleh Bibi Mito di Pulau Fujira (Whale Island). Pertanyaan yang sampai sekarang masih belum terpecahkan meskipun Gon akhirnya bertemu dengan Bapaknya: siapakah Ibu Gon sebenarnya?
Teka-teki mengenai Ibu Gon ini masih berjalan dari zaman manga ini digubah oleh Yoshihiro Togashi hingga Gon bertemu dengan sang Ayah di akhir Hunter Chairman Election Arc. Ketika bertemu sang Ayah, Gon tidak mau mendengar cerita mengenai sang Ibu. Sepanjang cerita pun, Gon bilang bahwa Ibunya adalah Bibi Mito. Tidak heran sih, karena yang membesarkan Gon dari bayi hingga berusia 12 tahun dan mengikuti ujian Hunter adalah si Bibi Mito. Namun tidak terjawabnya teka-teki ini membuat para fans semakin liar membuat teori, salah satu yang kutemukan adalah bahwa Gon merupakan bayi yang lahir dari sebuah kartu dari Greed Island. Jadi Gon tidak punya ibu biologis. Ada juga yang bilang kalau Ibu Gon sama-sama Hunter seperti Ging Freecs tapi tewas dalam eksplorasi Dark Continent. Misteri nomor satu Hunter X Hunter ini masih belum terjawab hingga Succession Arc dan mungkin tidak akan terjawab selagi sang mangaka maish terus hiatus dan tidak melanjutkan Hunter X Hunter hingga waktu yang tidak ditentukan.
Selain tokoh utama yang memang dibuat sebagai sosok yang kuat tapi simpel dan memiliki latar belakang keluarga yang tidak jelas, karakter lainnya pun dibuat sangat menarik oleh Togashi. Sungguh berbeda bila dibandingkan dengan anime lain yang menurutku penggambaran karakternya biasa-biasa aja. Teman baik Gon, Killua Zoldyck merupakan keturunan keluarga pembunuh bayaran dan sejak kecil sudah terbiasa disiksa dan dilatih untuk menjadi pembunuh bayaran. Namun dia membelot karena dia tidak suka menjadi pembunuh bayaran. Lalu ada Kurapika yang memiliki latar belakang sebagai lone survivor dari suku Kurata yang dibantai habis oleh Phantom Troupe (Geneiryodan atau Laba-laba). Mungkin satu dari empat karakter utama yang latar belakangnya kurang menarik adalah Leorio yang ingin menjadi dokter karena teman masa kecilnya sakit parah. Dan untuk itulah dia jadi Hunter, sekolah kedokteran mahal bos!
Tak cuma tokoh utama yang memiliki karakter menarik, tokoh pendukung lainnya dalam Hunter X Hunter juga tak kalah kharismatik. Hisoka Morrow misalnya, dari awal dia diceritakan sebagai orang yang seenaknya sendiri. Di dalam pikirannya hanyalah bermain dengan orang yang lebih kuat, bermain dalam arti bertarung dan kalau bisa membunuh orang tersebut. Hisoka ini adalah seorang sosiopat berkepribadian abu-abu. Hisoka merupakan orang yang licik dan susah ditebak sepanjang cerita. Sejak awal dia digambarkan sebagai sosok yang sangat kuat, sampai tokoh utama seperti Killua yang juga licik pun memilih untuk menghindari pertarungan dengan Hisoka.
Lalu pada Arc Yorknew City, rival utama dari cerita Hunter X Hunter adalah Ryodan (Laba-laba). Dulunya aku berpikir bahwa member Ryodan adalah yang terkuat sebelum cerita berlanjut ke Chimera Ant Arc. Setelah nonton beberapa kali, aku mengakui bahwa member Ryodan memang sekuat itu. Geneiryodan yang sedari awal diceritakan oleh Kurapika sebagai kelompok bengis dan hanya bisa membunuh inipun diceritakan dengan persepsi lain yang membuat penonton akhirnya berpikir, memang nggak ada orang yang sepenuhnya jahat di muka bumi ini. Mereka melakukan tindak kriminal karena satu dan lain hal.
Chrollo Lucifer sebagai ketua Ryodan sekaligus sosok yang terkuat dalam kelompok pun ternyata memiliki sisi abu-abu. Dia nggak sepenuhnya sadis atau jahat, dia hanyalah orang yang memiliki visi dan keinginan. Kalau Chrollo memang orang jahat, mungkin dia akan membunuh siapapun saat itu juga. Toh memang Ryodan sebagai bandit memiliki motif dalam melakukan pekerjaan mereka.
Pada Arc Chimera Ant juga demikian, satu-satunya karakter terkuat di semesta Hunter X Hunter adalah Meruem si Raja semut Chimera. Rasa-rasanya susah banget mengalahkan makhluk evolusi yang pada dasarnya sifatnya bengis dan sadis ini. Hingga Hunter terkuat di muka bumi Isaac Netero harus melakukan tindakan penghabisan yang berimbas pada kehilangan nyawanya sendiri. Selain Meruem, ada tiga penjaga kerajaan yang juga kuat. Dan yang paling bikin aku sebal adalah Neferpitou. Dari 3 penjaga kerajaan, sepertinya Pitou adalah sosok terkuat kedua setelah Meruem. Sampai pas nonton Chimera Ant aku benci melihat Pitou karena susah banget ngalahin dia. Pitou akhirnya kalah pun karena Gon harus menukar hidupnya sendiri dengan kematian.
Terlepas dari betapa kuatnya Chimera Ant, ternyata mereka juga tidak seburuk itu. Inilah yang kusuka dari Hunter X Hunter. Sosok antagonis masih digambarkan memiliki sisi abu-abu yang membuat kita berpikir: oh ternyata kalau pun mereka tidak kalah juga tidak apa-apa. Meruem yang awalnya bengis jadi sedikit melunak setelah bertemu dengan Komugi, ahli permainan gungi dari East Gorteau. Pitou juga yang awalnya super menyebalkan jadi sedikit melunak karena dia ternyata peduli terhadap Komugi meskipun itu atas perintah Meruem. Satu-satunya antagonis yang paling jahat mungkin adalah Shaiapouf, satu dari tiga penjaga kerajaan yang dari awal prinsipnya untuk menguasai dunia tidak bisa digoyang.
Kehadiran Komugi dan melunaknya sang Raja pun sebenarnya sempat membuat Isaac Netero sedikit meragukan keputusannya untuk membunuh sang Raja. Begitupun dengan Kakek Killua, Zeno Zoldyck yang dibayar Netero untuk membantunya dalam misi eksterminasi semut chimera. Di Chimera Ant juga dijelaskan bahwa sebenarnya manusia lah yang bertanggung jawab atas ketidakadilan dan kerusakan di muka bumi. Meruem hanya menjadi salah satu tokoh yang ingin memperbaiki bumi untuk jadi tempat yang lebih baik meskipun harus terjadi genosida, agak fasis memang. Tapi kalau dipikir-pikir, Meruem ada benarnya juga.
Hunter X Hunter ini tidak cuma bercerita soal menjadi kuat, seperti anime-anime lain. Tapi bagaimana caranya individu harus menyelesaikan masalah untuk naik level. Gon dan Killua nggak akan naik level kalau mereka tidak bermain di Greed Island dan menguji kemampuan mereka di Chimera Ant. Kurapika juga nggak akan jadi sosok yang akhirnya memaafkan musuh bila Killua dan Gon nggak disandera oleh Ryodan. Keluarga Killua juga nggak akan bisa memberikan Killua dan Alluka kebebasan tanpa melihat langsung bahwa Alluka (dan Nanika) ternyata bisa menyembuhkan seseorang tanpa syarat. Bisa dibilang pelajaran hidup dari Hunter X Hunter ini lebih nendang dan ngena daripada anime lain.
Sama seperti One Piece, semesta yang diciptakan Togashi juga nggak terlalu jauh berbeda dari semesta dunia nyata. Dalam beberapa hal, Togashi mengambil isu yang terjadi di dunia nyata. Seperti East Gorteau yang sistem pemerintahannya mirip sekali dengan Korea Utara. Yorknew City yang sebenarnya adalah New York. Lalu tempat tinggal Killua yang mungkin berada di benua Australia di dunia nyata. Peta dunia di Hunter X Hunter adalah peta bumi kita sebenarnya namun dibalik sedemikian rupa.
Menariknya lagi Togashi tidak membuat karakter utama dia sebagai orang yang 100% baik dan protagonis. Jujur semakin ke sini, aku semakin tidak terlalu suka dengan karakter Gon karena terlalu impulsif. Memang sih dia masih bocah, tapi ada satu dan lain hal yang membuat dia jadi sangat egois dan tidak memperhatikan perasaan orang yang peduli padanya seperti Bibi Mito dan Killua. Dalam banyak episode, Killua sering sekali menjadi orang yang jadi samsak kemarahan Gon. Gon rasanya tidak pernah mendengarkan pendapat Killua dengan baik padahal dia bilang bahwa Killua adalah sahabat baiknya. Di lain pihak, Killua yang sangat kalem dan rasional juga tidak terlalu bisa mendominasi Gon yang berwatak keras kepala. Dinamika hubungan Killua dan Gon rasanya jadi terlalu berat sebelah. Yah kuharap nanti Gon akan sadar dan akhirnya mau sedikit mencoba untuk lebih mendengarkan Killua.
Jadi yah begitulah, itulah menurutku hal-hal yang membuatku berpikir bahwa Hunter X Hunter merupakan cultural reset dari sekian banyak manga dan anime yang aku nikmati. Dan jujur saja, sejak aku masih seumuran Gon dan Killua (12 tahun) hingga kini hampir berusia 30 tahun, aku masih suka dengan Killua. Pasalnya Killua ini merupakan karakter yang nggak bisa aku temukan di anime lain. Banyak hal yang membuatku suka pada Killua dan rasanya nggak akan pernah berubah.
Comments
Post a Comment
Thank you for visiting my blog, kindly leave your comment below :)
In a moment, I can't reply your comments due to error in my account when replying. But I make sure that I read every single comment you leave here :)