Setelah mengumpulkan niat agak sedikit lama, akhirnya aku mulai nulis juga. Kali ini mengenai resensi The Girl From Nowhere S2. Nggak tahu apa sebabnya, keinginan untuk menulis lagi-lagi sedang dive deep into abyss, alias males banget. Atau mungkin ini disebabkan oleh Season 2 The Girl From Nowhere yang bikin aku agak kecewa? Kenapa? Kamu bisa simak di tulisan berikut ini.
Tahun lalu saat The Girl From Nowhere baru rilis, aku yang memang suka dengan serial suspense dan misteri nggak mau kelewatan. Apalagi review dari akun Cenayang Film di twitter ini cukup menggelitik, sehingga membuatku harus benar-benar nonton series Thailand yang dibintangi oleh Chica Amatayakul ini. Saking sukanya sama Season 1, The Girl From Nowhere masih membekas buatku. Memang sih series ini bukan horror, tapi tetap saja orang Thailand super jago dalam membangun hawa-hawa creepy gitu. Dan Chica Amatayakul ini tergolong sukses memerankan Nanno, si anak baru yang kerap kali pindah sekolah hanya untuk menegakkan keadilan di sekolah itu.
Pertanyaan hingga hari ini: Nanno itu apa? Yang jelas Nanno adalah entitas.
The Girl From Nowhere yang seru itu ternyata dilanjutkan oleh Netflix, mengingat ternyata banyak juga yang suka dengan balas dendam ala Nanno. Dulu aku pernah membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa tokoh Nanno ini dimaksudkan sebagai korban-korban dari kisah nyata yang diangkat ke dalam series. Kalau saja korban memiliki kekuatan seperti Nanno, maka keadilan akan dapat ditegakkan, begitu ceunah. Well, karena sudah memiliki market sendiri dan karakter yang membekas, The Girl From Nowhere dilanjutkan produksinya.
The Girl From Nowhere berisikan 8 episode, namun dari 8 episode itu yang paling Nanno banget hanya 1 atau 2 episode. Memang sih nggak diragukan lagi di season 2 ini lebih sadis dan gore, namun dari segi plot cerita beberapa di antaranya terlalu lemah dan nggak se-greget di season 1. Apa sajakah 8 episode The Girl From Nowhere itu?
- Pregnant
Pregnant merupakan episode perdana The Girl From Nowhere Season 2, bila di Season 1 episode pembukanya cukup nendang dan membuat orang jadi penasaran ingin melanjutkan. Sebenarnya 'Pregnant' ini kurang membuat orang untuk lanjut nonton Nanno. Mengapa demikian? Plot cerita sebenarnya hampir mirip dengan Social Love di Season 1, tapi adegan pembalasan Nanno cenderung mudah ditebak. Dan pada akhirnya, penonton akan merasa agak uneasy, sebab di dalam perjalanannya terdapat satu karakter yang tiba-tiba muncul dan hampir merusak cara Nanno dalam mengadili "anak nakal". Teaser di episode 1 ini membuat penonton bertanya-tanya, "Apalagi nih?" tapi nggak terlalu kuat untuk membuat penonton stay dan mengantispasi episode berikutnya.
- True Love
Selanjutnya ada episode 2 yang sebenarnya nggak terlalu aku suka. True Love ini lebih kental unsur Black Mirrornya daripada The Girl From Nowherenya. Bercerita mengenai sekolah yang dikepalai oleh Kepala Sekolah keras kepala. Kepala Sekolah ini menentang keras sistem belajar mengajar co-ed karena selama karirnya, sekolah yang dia pimpin adalah sekolah perempuan. Prejudice Kepala Sekolah bahwa laki-laki merusak perempuan berasal dari masa lalunya. Hanya saja, tindakan yang diambil Nanno untuk meluluhkan si kepala sekolah tidak terlalu memberikan impact yang besar atau membuat si Kepala Sekolah sadar bahwa dirinya salah. Intinya episode ini hanya merupakan bentuk balas dendam si Kepala Sekolah yang sakit hati di masa lalu. Kurang nendang.
- Minnie and the Four Bodies
Baru di episode 3 inilah The Girl From Nowhere kembali ke akar. Di episode 3 ini, dikisahkan Minnie adalah anak seorang pengusaha kaya raya yang apapun kesalahannya selalu bisa ditutup-tutupi oleh kedua orangtuanya. Rasa ketakutan, trauma, rasa bersalah terhadap target utama sudah in line dengan vibe The Girl From Nowhere Season 1. Apalagi Nanno mengambil tindakan yang jauh lebih sadis untuk memberikan efek jera pada Minnie. Sayangnya, tindakan Nanno ini seperti lenyap bagai asap gara-gara karakter yang tiba-tiba muncul lagi. Karakter misterius yang sama dari episode 1. Dan akan segera kita temukan jawabannya di episode selanjutnya.
- Yuri
Kalau kita sudah diberikan teasing terus menerus akan karakter berkuncir pita merah, di sinilah karakter itu dijelaskan asal-usulnya. Di Season 2, Nanno tidak bekerja sendiri. Nanno diikuti oleh Yuri, gadis dari kalangan menengah ke bawah yang kebetulan sekolahnya dikunjungi oleh Nanno. Yuri ini berteman dengan dua orang kaya, segala macam kebutuhannya disediakan oleh dua anak orang kaya ini. Dari sini sudah aneh kan? Kira-kira kenapa Yuri yang miskin tidak dibully tapi malah dijadikan teman satu clique oleh anak-anak orang kaya ini? Nanno berusaha mencari tahu jawabannya, penonton juga. Awalnya penonton akan mengira anak-anak ini berteman dengan Yuri karena dia pintar sehingga mereka memanfaatkan Yuri di ujian? Oh ternyata tidak, that's so last decade. Di balik sifat submisif Yuri pada anak-anak ini, ada tragedi yang lebih mindblowing di baliknya. Dua anak orang kaya ini telah melakukan tindakan kriminal yang super keji dan pada akhirnya berhasil dikembalikan pada mereka sendiri oleh Nanno dan Yuri. Yang paling seru dari episode ini adalah penguakan karakter Yuri yang jauh lebih twisted daripada yang penonton kira. Dan tanpa sengaja Nanno memberikan kekuatannya pada Yuri.
- Sotus
Episode ini jujur merupakan episode paling disturbing bagiku. Disturbing karena sepanjang nonton episodenya aku merasa tidak nyaman. Dalam episode ini, awalnya Nanno dan Yuri menjadi anak junior yang baru masuk ke sebuah sekolah dan harus menjalani perploncoan oleh senior. Namun keadaan kemudian berbalik, si senior yang memplonco Nanno tiba-tiba menjadi junior Nanno dan harus diplonco oleh Nanno. Nanno memang keji sih tapi tidak se-obvious si senior ini. Apalagi cara Nanno membalas dendam pada sang senior cenderung lebih "halus" tapi benar-benar membuat mental manusia yang menerima pembalasan itu down tidak karuan. Lagi-lagi, meskipun Yuri tampak menjadi tangan kanan Nanno, dia justru merusak klimaks masing-masing cerita. Sementara Nanno, hanya bisa diam dan mengobservasi sambil menyeringai melihat kelakuan Yuri.
- Liberation
Episode ini sedikit banyak mengingatkan kita pada season 1 "I Love My Teacher". Vibenya hampir mirip dengan episode tersebut meskipun ceritanya berbeda. Episode ini mengisahkan tentang satu sekolah dengan terlalu banyak peraturan, dan Nanno melanggar peraturan-peraturan tersebut satu per satu. Episode ini diakhiri dengan begitu banyak darah tapi secara plot maksud Nanno dalam "liberation" tidak terlalu nendang. Karena pada akhirnya orang yang harusnya diberikan pelajaran oleh Nanno tetap tidak mau mengakui kesalahan atau merasa bersalah.
- JennyX
Episode satu ini juga masih memiliki vibe Black Mirror karena berkaitan dengan sosial media. Dikisahkan seorang selebgram terkesan di-eksploitasi oleh orangtuanya dan merasa bosan harus pura-pura ramah pada orang lain demi menjaga image. Episode ini mungkin sangat relatable dengan kehidupan manusia zaman sekarang. Dimana kita kadang harus tetap konsisten menggunakan topeng sesuai dengan image yang ditampilkan di sosial media, terutama para selebgram. Nah, Jenny si selebgram ini pada akhirnya meminta tolong pada Nanno untuk menghilangkan identitasnya dan hidup dengan identitas baru. Namun, apakah setelah itu Jenny bahagia? Ternyata tidak. Pada dasarnya manusia memang tidak pernah puas dan serakah, selain itu mudah terbolak-balik juga hatinya. Jenny menyesali keputusannya untuk pura-pura mati dan menghilang, dia menginginkan kehidupannya yang lama. Tapi semua sudah terlambat. Jenny harus jera karena Nanno dan akal liciknya. Di episode ini, Nanno menghadapi sebuah dilema: apakah dia telah menghukum orang yang benar? Dan apakah JennyX benar-benar bersalah?
- The Judgment
Episode pamungkas dari Season 2 ini menyimpan cukup banyak rasa kesal buatku. Awalnya Nanno datang ke sekolah baru setelah menyelesaikan masalah JennyX, di sekolah ini Nanno mendekati si juara olimpiade Biologi Junko. Junko awalnya digambarkan sebagai anak lemah yang duduk di kursi roda dan nggak bisa melakukan apa-apa. Tapi kalau Nanno mendekati korban, pasti sudah ada yang salah dengan korban tersebut dong? Episode ini memiliki banyak plot-twist. Yang sesungguhnya juga membuat kepalaku pusing sendiri. Jadi Nanno ini adalah entitas yang berpihak pada keadilan atau bukan? Dan rasa-rasanya makin melenceng dari filosofi: kalau korban memiliki kekuatan seperti Nanno. Jadi, selebihnya aku cuma bisa pasrah dan nonton Season 2 berakhir dengan tragis. Apalagi saat aku mengetahui betapa menyebalkannya Yuri, dan bagaimana bisa Nanno tidak sengaja memberikan kekuatannya untuk orang seperti Yuri. Mungkin relasi arch-enemy antara Nanno dan Yuri nantinya akan selesai di Season berikutnya, atau ya entahlah Yuri itu sebenarnya bagaimana? Karena dia sangat twisted dan menyebalkan.
Jadi apa yang kurasakan setelah nonton The Girl From Nowhere Season 2? Mixed-Feeling. Untuk beberapa hal aku lebih suka Nanno lebih sadis dan tega pada targetnya. Tapi di sisi lain, plot cerita benar-benar membuatku merasa uneasy. Menurutku pribadi, kisah-kisah yang ditayangkan di Season 2 ini tidak serapi kisah-kisah yang ditampilkan di Season 1. Apalagi dengan munculnya Yuri yang menimbulkan banyak tanda tanya. Jadi mau dibawa kemanakah series ini? Apakah karakter Yuri ini memang diciptakan untuk menguak motif Nanno ada di dunia ini sebenarnya? Untuk saat ini nggak akan banyak spekulasi, sampai Season ke-3 muncul. Mungkin tahun depan? Atau dua tahun lagi?
Comments
Post a Comment
Thank you for visiting my blog, kindly leave your comment below :)
In a moment, I can't reply your comments due to error in my account when replying. But I make sure that I read every single comment you leave here :)