Rindu Bulan Juni
Pernah gak sih ketika kamu melewati suatu jalan atau suatu waktu kamu teringat pada sebuah hal?
Semua orang pasti pernah.
Dan ketika kita melewati jalan itu tiba-tiba saja muncul pikiran yang me-recall memori yang berhubungan dengan hal tersebut.
Misal, ketika aku melewati jalanan Singosari aku jadi ingat jaman-jaman aku masih naik angkot dari SMP 5 ke Songsong. Segala macam cerita dan pengalaman naik angkot, ingatan masa sekolah yang samar namun jelas. Kadang hal itu bisa bikin kita ketawa sendiri. Kadang juga sedih sendiri. Kadang juga baper sendiri #eakeakeak
Sore ini pun begitu. Ketika aku berangkat les Bahasa Inggris selepas Maghrib tadi di lampu merah aku berhenti. Kemudian aku memandang langit senja yang berwarna jingga kemerahan. Langit itu mengingatkanku pada masa-masa aku magang di Surabaya. Yang kuingat adalah ketika aku, Bagus dan Tryas pulang dari kantor menuju ke rumah kos kami. Langit jingga kemerahan yang sama.
Ternyata tiga bulan berjalan begitu cepat.
Rasanya baru kemarin aku menginap di rumah kos dan menjadi anak magang di sebuah institusi negara di Kota Pahlawan. Rasanya baru kemarin kami (Aku, Bagus dan Tryas) sahur bersama dan buka bersama. Tak terasa saat ini kami sudah menempuh skripsi yang bisa saja membuat kami wisuda di Bulan Maret tahun depan atau (paling lambat) September tahun depan. Lucu saja kalau mengingat masa-masa kos kami di Surabaya. Ada banyak hal yang terjadi dan tak bisa dilupakan dengan mudah.
Pada mulanya, dua atau tiga bulan sebelum kegiatan magang dimulai kami berburu kamar kos di Surabaya. Pada saat itu rombongan kami ditemani oleh Nadya dan Gangga (bocah asal Sidoarjo yang menjadi guide kami, thanks to you Bro). Perjalanan waktu itu menjadi satu dari bermacam perjalanan yang cukup memorable bagiku, kenapa? Karena itu kali pertama aku ke Surabaya dibonceng naik motor. Udik? Biarkan saja lah, toh memang aku ini anak rumahan hahahahaha~
Dalam perjalanan itu, tidak banyak kesan ditinggalkan kecuali kebodohan Tryas yang salah jalan karena kurang fokus. Dan kami sebagai anak Malang yang tak pernah jauh dari rumah untuk kali pertama mengelilingi Kota yang cukup asing dalam sehari. Well, that's quite precious experience especially for me. Setelah hampir menghabiskan setengah hari di jalan, akhirnya kami mendapatkan kamar kos yang sialnya tidak sesuai dengan informasi yang didapat dari Google. But, this turned out well later.
Kalau nganggur ya foto |
So, akhirnya kami tinggal di rumah kos dengan pemilik yang sebenarnya begitu baik dan perhatian pada kami cuma agak cerewet (maklum Ibu-ibu). Oh ya, kami bertiga tinggal di rumah kos yang sama tapi dengan kamar yang berbeda. Kamar kamipun bersebelahan. Hari pertama kami tiba di Surabaya, kami saling mengeluh betapa panasnya udara di Surabaya. Berbeda dengan Malang yang sejuk dan nyaman, Surabaya merupakan tempat yang keras!!! Minggu pertama kami tiba di sana, kipas angin tiada matinya.
Di hari kedua, kami memutuskan untuk berjalan-jalan dan mencoba menjadi anak gaul Surabaya. Pagi hari kami berjalan-jalan ke Tugu Pahlawan dan bodohnya kami berjalan memutar cukup jauh dari gedung BI (tempat kami magang) ke pintu masuk Tugu Pahlawan. Sesampainya di tugu pahlawan kami hanya berfoto-foto saja dan tidak bisa menikmati wisatanya sebab terlalu banyak orang yang mengunjungi Tugu Pahlawan waktu itu. Sorenya, kami penasaran dengan isi Tunjungan Plaza #udikbanget. Akhirnya kami main ke Tunjungan Plaza berbekal informasi petunjuk jalan dan alasan mencari makan.
Sesampainya di Tunjungan, Tryas tidak diperbolehkan parkir di dalam Mall melainkan harus parkir di luar sebab STNKnya yang hilang. Akhirnya kami berputar-putar di dalam Mall dan tidak beli apapun. Berencana untuk makan tapi harga makanan di Pujaseranya menguras habis uang saku seminggu kami, berencana nonton harga tiket bioskopnya tidak realistis. Akhirnya kami makan di KFC dan sialnya, Saya tertipu ucapan mbak-mbak SPG yang membuat saya beli CD Ungu dan menghabiskan hampir Rp 100.000 yang notabene bisa digunakan untuk makan seminggu. Setelah insiden tersebut, Saya membungkus ayam KFCnya untuk dimakan sahur esok hari (akhirnya memutuskan berpuasa untuk menekan pengeluaran).
Hari pertama: sahur dengan ayam goreng tanpa nasi, sementara Tryas sahur dengan mie instan yang tidak dimasak.
Sebenarnya terdapat begitu banyak cerita yang kami lewati bersama sehingga masing-masing dari kami benar-benar mengenal lebih dekat karakter masing-masing. Mulai dari nonton film bareng, gosip bareng, sampai mandi bareng #ups. Lucunya pernah suatu kali saya bermasalah dengan Tryas dan saya jadi curhat ke Bagus tiap hari, mungkin Bagus sampai lelah dengar curhatan saya hingga akhirnya saya baikan lagi sama Tryas (udah kayak orang pacaran aja, Baper banget). Dan pernah juga waktu kami pulang ke Malang di minggu pertama, Tryas sempat hilang dan membuat saya khawatir. Sementara yang dikhawatirkan tidak merasa, kan b*****t!!
Omelan Ibu kos sudah jadi hal yang biasa bagi kami. Pada dasarnya kami ini orangnya rame dan bersuara keras sehingga cukup menggangu ketenangan rumah kos. Beruntungnya, tetangga kos kami adalah orang-orang yang baik dan tidak rese. Pada saat Ramadhan, kami bersama-sama pula menjadi PPT (Para Pencari Takjil) malah kami mah udah bukan pencari takjil lagi tapi pencari gratisan makanan buka. Sehingga pengeluaran kami di bulan Ramadhan hanya sebesar Rp 50.000/minggu.
Bersama Mbak Elly, staff yang suka mengajak kami jalan-jalan di Surabaya |
Semakin diingat perjalanan kami selama sebulan di Surabaya begitu berharga dan bisa menjadi cerita bagi anak-anak kami nantinya. Sekarang kami telah terpisah oleh waktu dan kesibukan masing-masing. Semoga nantinya teman yang baik akan selamanya menjadi teman yang baik. Semoga nantinya cerita ini tidak akan hilang ditelan usia. Saya rindu bulan Juni, rindu kekonyolan dan kebodohan kami di Surabaya.
The memory remains
Di ujung lorong itu tempat kami main UNO, nonton film dan berisik |
ah, baca tulisanmu membuatku teringat Malang. :)
ReplyDeleteselamat menjadi pejuang skripsi, ^^
Sekarang Mbak Silvi dimana? Iya Mbak, doakan lancar yaa hehe
Delete