Review Film : Grave of The Fireflies [1988]
Bisa bayangkan rasanya jadi korban perang? Bisa bayangkan penderitaan yang dialami oleh korban perang dunia ke-2? Bisa bayangkan bagaimana keadaan penjajah kita, Jepang terpuruk dalam kondisi kalah perang dari Amerika Serikat tahun 1945 lalu? Menonton film karya Isao Takahata ini mungkin akan mengubah persepsi kebencian kita terhadap penjajahan kejam Jepang terhadap negara kita. Menonton film gubahan Studio Ghibli ini mungkin akan membuat kita bersimpati pada bangsa Jepang atau setidaknya sebagian rakyat mereka yang tidak ikut menjajah kita 68 tahun yang lalu.
Berkisah mengenai sepasang kakak beradik, Seita dan Setsuko, Grave of the Fireflies menyuguhi kita drama tiada akhir. Adegan-adegan yang menguras setiap liter air mata kita dan mengaduk-aduk empati kita. Mengambil setting World War 2 ketika Jepang terdesak oleh AS dengan segala macam pengeboman di bumi samurai yang lebih kita kenal dalam sejarah yakni bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Terkisah ada dua orang anak dan seorang Ibu yang tengah berada dalam misi penyelamatan diri dari serangan bom udara yang dijatuhkan tentara AS. Seita dan Setsuko adalah tokoh sentral kita dalam anime berdurasi 90 menit ini.
Malangnya nasib Seita dan Setsuko tak hanya waktu mereka terpisah dari Ibu mereka dalam perjalanan menuju persembunyian, melainkan juga ditinggalnya mereka oleh Ayah mereka yang merupakan seorang angkatan laut Jepang. Karena terpisah itulah Seita dan Setsuko belum sempat bertemu dengan Ibu mereka sebelum Ibu mereka menjadi korban pengeboman. Walhasil ketika mereka mengungsi di barak penampungan, Seita menemui Ibunya sudah berbalut perban dan mengalami luka bakar parah yang pada akhirnya tak terselamatkan.
Masih belum berhenti dari situ, akan ada banyak sekali air mata yang kita tumpahkan sepanjang film ini. Jadi saya tidak akan menceritakan detil lebih lanjut.
Film besutan Studio Ghibli ini lagi-lagi menguras emosi dan empati kita sebagai penonton, memang benar film ini tidak berhiaskan keajaiban seperti film yang diprakasrsa Hayao Miyazaki tetapi tetap saja film ini memberikan kita dampak psikis dan emosi yang cukup besar. Kemampuan penggambaran emosi dan drama yang tiada henti membuat film ini menjadi film mengharukan terbaik yang pernah saya lihat. Jadi, masihkah anda sanggup untuk menonton film keluarga yang menyedihkan ini?
Plot | ★ ★ ★ ★ ☆ |
Akting | ★ ★ ★ ★ ☆ |
Musik | ★ ★ ★ ★ ☆ |
Grafis | ★ ★ ★ ☆ ☆ |
Overall | ★ ★ ★ ★ ☆ |
Comments
Post a Comment
Thank you for visiting my blog, kindly leave your comment below :)
In a moment, I can't reply your comments due to error in my account when replying. But I make sure that I read every single comment you leave here :)